Rabu, 21 November 2012



ARTIKEL ANATOMI TUMBUHAN

 

 

Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica) Penghasil Kapur Barus

Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica), penghasil kapur barus (kamper) ternyata termasuk salah satu tanaman langka. Pohon Kapur yang mampu menghasilkan kristal kapur barus dengan aroma khas ini menempati status keterancaman tertinggi yakni Critically Endangered (Kritis).
Pohon Kapur di Kalimantan disebut juga sebagai Ampadu, Amplang, Kapur, Kayatan, Keladan, Melampit, Mengkayat, Mohoi, Muri, dan Sintok. Di Sumatera selain disebut Kapur atau Barus tanaman ini dinamai Haburuan atau Kaberun.
Dalam bahasa Inggris tumbuhan ini disebut sebagai Borneo Camphor, Camphor Tree, Malay camphor atau Indonesian Kapur. Sedangkan dalam bahasa latin (ilmiah) nama resminya adalah Dryobalanops aromatica yang bersinonim dengan Dryobalanops sumatrensis Kosterm., Laurus sumatrensis JF Gmel., Arbor camphorifera Rumph., Dipterocarpus Dryobalanops Steud., Dipterocarpus teres Steud, Dryobalanops camphora Colebr., Dryobalanops junghuhnii Becc., Dryobalanops vriesii Becc Correa., Pterigium teres, Shorea camphorifera Roxb.
Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica)
Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica)
Pohon kapur mempunyai ukuran yang besar dan tinggi. Diameter batangnya mencapai 70 cm bahkan 150 meter dengan tinggi pohon mencapai 60 meter. Kulit pohon berwarna coklat dan coklat kemerahan di daerah dalam. Pada batangnya akan mengeluarkan aroma kapur bila dipotong.
Daun Kapur tunggal dan berseling, memiliki stipula di sisi ketiak, dengan permukaan daun memngkilap, dan tulang daun sekunder menyirip sangat rapat dengan stipula berbentuk garis dan sangat mudah luruh. Bunga berukuran sedang, kelopak mempunyai ukuran sama besar, mempunyai mahkota bunga elips, mekar, putih berlilin, dan memiliki 30 benang sari. Pohon Kapur memiliki buah agak besar, mengkilap, dan bersayap sebanyak 5 helai.
Tanaman Kapur (Dryobalanops aromatica) tumbuh di hutan dipterocarp campuran hingga ketinggian 300 meter dpl. Persebaran tumbuhan langka ini mulai dari Indonesia (pulau Sumatera dan Kalimantan) dan Malaysia (Semenanjung Malaysia, Sabah, dan Serawak).
Tanaman Penghasil Kapur Barus atau Kamper.
Pohon Kapur atau Dryobalanops aromatica merupakan salah satu tanaman penghasil kapur barus atau kamper selain tumbuhan Cinnamomum camphora. Kapur barus dari pohon Kapur ini telah menjadi komoditi perdagangan internasional sejak abad ke-7 Masehi.
Untuk mendapatkan kristal kapur barus, dimulai dengan memilih, menebang, dan memotong-motong batang pohon Kapur (Dryobalanops aromatica). Potongan-potongan batang pohon Kapur kemudian dibelah untuk menemukan kristal-kristal kapur barus yang terdapat di dalam batangnya. Mungkin lantaran penebangan yang membabi buta kemudian pohon Kapur menjadi pohon yang langka.
Selain menghasilkan kamper, Pohon Kapur juga dapat dimanfaatkan kayunya sebagai bahan bangunan, perkapalan, dinding, dan lantai karena memiliki kualitas kayu yang cukup baik.
Pohon Kapur yang Langka dan Terancam Punah.
Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica) semakin sulit ditemukan di habitatnya. Pohon ini termasuk salah satu tanaman langka di Indonesia. Bahkan IUCN Redlist memasukkannya dalam status konservasi Critically Endangered atau Kritis. Status ini merupakan status keterancaman dengan tingkatan paling tinggi sebelum status punah.
Kelangkaan dan terancam punahnya spesies tanaman ini diakibatkan oleh penebangan yang membabi buta untuk mendapatkan kristal kapur barus di dalamnya. Padahal kandungan kampur dalam setiap pohon tidak sama, bahkan terkadang sangat kurang. Ancaman lainnya diakibatkan oleh kerusakan hutan dan kebakaran hutan.
Klasifikasi Ilmiah.
Kerajaan          : Plantae;
Filum                : Tracheophyta;
Kelas               : Magnoliopsida;
Ordo                : Theales;
Famili               : Dipterocarpaceae;
Genus               : Dryobalanops;
Spesies :Dryobalanops aromatica..



UJI LIPID (TES KELARUTAN)
TUJUAN
Tujuan dari Percobaan ini yaitu:
       Melakukan uji  kelarutan Lipid dalam berbagai macam pelarut

I.          DASAR TEORI

Lipid atau lemak merupakan 15% dari tubuh. Senyawa ini terutama terdiri atas hidrokarbon dan mempunyai afinitas yang kecil saja dengan air. Beraneka ragam molekul termasuk dalam kelompok lipid ini. Yang paling sederhana diantaranya adalah asam-asam lemak  Sebagian besar asam lemak adalah senyawa dengan rantai lurus yang mengandung atom C dalam jumlah genap. Asam lemak seluruhnya dibentuk oleh hidrokarbon, kecuali gugus asam yang berkutub atau polar pada salah satu ujungnya. Oleh karena salah satu ujung molekulnya bersifat polardan yang lain tidak, maka dikatakan bahwa asam lemak bersifat amfipatik.Asam-asam lemak yang merupakan bahan penyusun lemak dapat dilihat pada tabel berikut:

Rumus
Nama Trivial
Nama IUPAC
C11H23COOH
Asam Laurat
Asam Dodekanoat
C17H31COOH
Asam Linoleat
Asam 9,12-oktadekanoat
C17H29COOH
Asam Linolenat
Asam 9,12,15-oktadekanoat
C13H27COOH
Asam Miristat
Asam Tetradekanoat
C17H33COOH
Asam Oleat
Asam 9-oktadekanoat
C15H31COOH
Asam Palmitat
Asam Heksadekanoat
C17H35COOH
Asam Stearat
Asam oktadekanoat

Lemak adalah golongan senyawa hidrofobik yang sangat penting untuk penyimpanan bahan pembakaran, untuk membentuk struktur membran pembawa vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, sebagai hormon dan sebagi pengemban oligisakarida. Sebagian besar sintesis asam-asam lemak berlangsung di sitoplasma sel-sel hati.
Berdasarkan fungsi dan strukturnya lipid dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1.      Trigliserida (asam lemak)
Berfungsi sebagai sumber energi yang tersusun atas ester gliserol dari asam lemak (asam karboksliat suku tinggi). Trigliserida disebut juga lemak yang terdiri atas 2 jenis. Yaitu lemak yang tersusun atas asam lemak yang jenuh dan minyak yang tersusun atas asam  lemak tak jenuh. Lemak berbentuk padat sedangkan  minyak berwujud cair. Rumus umumnya adalah:
 
Dimana R, R’ dan R” dapat merupakan gugus yang sejenis atau berbeda, misalnya C17H33 atau C17H35 dan yang lainnya.
Reaksi antara lemak dan basa akan menghasilkan gliserol dan sabun yang dikenal dengan reaksi penyabunan (saponifikasi).
2.      Fospolipid
Fospolipid merupakan komponen utama pembentuk membran sel dan merupakan senyawa yang polar. Fospolipid merupakan ester dari gliserol yang mengandung ester asam posfat dengan rumus umum :
Dimana Gugus R” adalah kolin (disebut fosfatidilkolin), etanolamin (fosfatidil etanolamin), serin (fosfatidil serin), dan inositol (fosfatidil inositol).  Membran sel yang tersusun atas fospolipida merupakan senyawa polar dimana bagian luar adalah hidrofil sedangkan bagian dalam adalah hidrofob.
3.      Steroid
Steroid merupakan lipid yang berperan dalam proses-proses biologis dalam organisme hidup. Misalnya kolesterol, asam-asam empedu,  testoteron dan lain-lain.
Strukturnya adalah:
Steroid tidak mengandung komponen asam lemak ataupun gliserol dan tidak dapat mengalami penyabunan.

III. ALAT DAN BAHAN

a. Alat

No
Alat
Ukuran/Jumlah
1
Tabung reaksi
3
2
Pengaduk
1 buah
3
Sikat tabung reaksi
1 Buah
4
Penjepit tabung reaksi
1 buah
5
Gelas kimia
600 mL/1 buah
6
Botol semprot berisi aquadest
1 Buah
7
Neraca Analisis
1 Buah
8
Penangas
1 Buah
9
Gelas ukur
10m ml dan 25 mL / @ 1 buah

  
b. Bahan
No
Bahan
Jumlah
1
Minyak goreng
Secukupnya
2
Alkohol teknis
Secukupnya
3
Kloroform
Secukupnya
4
Aquadest
Secukupnya

 

IV.     PROSEDUR KERJA

1.      Menyediakan 3 buah tabung reaksi
2.      Mengisi tabung pertama dengan 5 mL air, tabung kedua dengan 5 mL alkohol dan tabung ketiga dengan 5 mL kloroform.
3.      Memasukkan 4 tetes minyak goreng ke dalam  tiap-tiap tabung dan mengocoknya
4.      Mengamati apakah terjadi pemisahan atau tidak pada semua larutan yang diamati

V.       HASIL PENGAMATAN

No.

Perlakuan

Hasil Pengamatan

1

-         5 mL air + 4 tetes minyak goreng dan dikocok

-         5 mL alkohol + 4 tetes minyak goreng dan dikocok


-         5 mL kloroform + 4 tetes minyak goreng dan dikocok
-         Larutan  terpisah jelas, minyak di lapisan atas, air dilapisan bawah
-         Larutan terpisah, minyak di lapisan bawah, alkohol di lapisan atas

-         Larutan terpisah, tetapi minyaknya menyatu di tengah

VI.     PEMBAHASAN

Ø  Pada Tabung Reaksi I :
Penambahan 5 mL air dengan 4 tetes minyak goreng, kemudian dikocok maka terlihat bahwa larutan tersebut terpisah menjadi dua yaitu minyak goreng berada berada pada bagian atas sedangkan air pada bagian bawahnya. Minyak/lipid berada pada bagian atas larutan karena massa jenis minyak lebih kecil daripada massa jenis air. Hal ini terjadi karena lipid (minyak goreng) merupakan  senyawa yang tidak larut dalam senyawa yang bersifat polar (senyawa polar) yaitu air, jadi lipid dapat larut dalam pelarut organik (senyawa non polar).
Ø  Pada Tabung Reaksi II :
Penambahan 5 mL alkohol dengan 4 tetes minyak goreng, kemudian dikocok, pada pengamatan ini terjadi pemisahan antara alkohol dengan minyak dimana alkohol berada pada bagian atas dan minyak pada bagian bawahnya. Minyak/lipid berada pada bagian bawah larutan karena massa jenis alkohol lebih kecil daripada massa jenis minyak.  Jadi alkohol juga merupakan pelarut polar sehingga lipid (minyak goreng) tidak dapat larut
Ø  Pada Tabung reaksi III :
Penambahan 5 mL kloroform dengan 4 tetes minyak goreng, kemudian dikocok, yang terjadi larutan terpisah, tetapi pada bagian tengah  larutan, tidak tejadi pemisahan (larut) dimana minyak goreng larut dalam pelarut kloroform. Hal ini terjadi karena kloroform merupakan pelarut yang bersifat non polar. Jadi minyak dapat larut dengan baik dalam pelarut kloroform.



VII.   KESIMPULAN

Dari percobaan ini didapatkan bahwa lipid merupakan senyawa yang tidak dapat larut dalam pelarut polar seperti air ataupun alkohol, jadi lipid hanya dapat larut dalam pelarut yang non polar (pelarut organik) seperti kloroform. 

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anshory, Irvan. 2003. Kimia SMU Untuk Kelas III. Jakarta: Erlangga
Ciptadi. 2003.  Penuntun Praktikum Biokimia. Palangka Raya: UNPAR.
Dorothy E Schumm. 1992. Alih Bahasa: Sadikin Mochtar. Intisari Biiokimia. Jakarta: Binarupa Aksara.
Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta:  Kalman Media Pusaka
Sunarya, Yayan. 2003. Kimia Dasar II. Bandung: Alkemi Grafisindo       Press
Setiadi, Rahmat, dkk. 2001. Biokimia. Jakarta : Universitas Terbuka                 Indonesia
Poedjiadi, Anna. 1994. “Dasar-Dasar Biokimia”. Jakarta : UI-Press.