Blog Mahasiswa Sains biologi 2016 Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
Rabu, 21 November 2012
ARTIKEL ANATOMI TUMBUHAN
Pohon
Kapur (Dryobalanops aromatica) Penghasil Kapur Barus
Pohon
Kapur (Dryobalanops aromatica),
penghasil kapur barus (kamper) ternyata termasuk salah satu tanaman langka.
Pohon Kapur yang mampu menghasilkan kristal kapur barus dengan aroma khas ini
menempati status keterancaman tertinggi yakni Critically Endangered
(Kritis).
Pohon Kapur di
Kalimantan disebut juga sebagai Ampadu, Amplang, Kapur, Kayatan, Keladan,
Melampit, Mengkayat, Mohoi, Muri, dan Sintok. Di Sumatera selain disebut Kapur
atau Barus tanaman ini dinamai Haburuan atau Kaberun.
Dalam bahasa
Inggris tumbuhan ini disebut sebagai Borneo Camphor, Camphor Tree,
Malay camphor atau Indonesian Kapur. Sedangkan dalam bahasa
latin (ilmiah) nama resminya adalah Dryobalanops aromatica yang
bersinonim dengan Dryobalanops sumatrensis Kosterm., Laurus
sumatrensis JF Gmel., Arbor camphorifera Rumph., Dipterocarpus
Dryobalanops Steud., Dipterocarpus teres Steud, Dryobalanops
camphora Colebr., Dryobalanops junghuhnii Becc., Dryobalanops
vriesii Becc Correa., Pterigium teres, Shorea camphorifera Roxb.
Pohon Kapur (Dryobalanops
aromatica)
Pohon
kapur mempunyai ukuran yang besar dan tinggi. Diameter
batangnya mencapai 70 cm bahkan 150 meter dengan tinggi pohon mencapai 60
meter. Kulit pohon berwarna coklat dan coklat kemerahan di daerah dalam. Pada
batangnya akan mengeluarkan aroma kapur bila dipotong.
Daun Kapur
tunggal dan berseling, memiliki stipula di sisi ketiak, dengan permukaan daun
memngkilap, dan tulang daun sekunder menyirip sangat rapat dengan stipula
berbentuk garis dan sangat mudah luruh. Bunga berukuran sedang, kelopak
mempunyai ukuran sama besar, mempunyai mahkota bunga elips, mekar, putih
berlilin, dan memiliki 30 benang sari. Pohon Kapur memiliki buah agak besar,
mengkilap, dan bersayap sebanyak 5 helai.
Tanaman Kapur (Dryobalanops
aromatica) tumbuh di hutan dipterocarp campuran hingga ketinggian 300
meter dpl. Persebaran tumbuhan langka ini mulai dari Indonesia (pulau Sumatera dan Kalimantan) dan Malaysia (Semenanjung
Malaysia, Sabah, dan Serawak).
Tanaman Penghasil Kapur
Barus atau Kamper.
Pohon Kapur
atau Dryobalanops aromatica merupakan salah satu tanaman penghasil
kapur barus atau kamper selain tumbuhan Cinnamomum camphora. Kapur
barus dari pohon Kapur ini telah menjadi komoditi perdagangan internasional
sejak abad ke-7 Masehi.
Untuk
mendapatkan kristal kapur barus, dimulai dengan memilih, menebang, dan memotong-motong
batang pohon Kapur (Dryobalanops aromatica). Potongan-potongan batang
pohon Kapur kemudian dibelah untuk menemukan kristal-kristal kapur barus yang
terdapat di dalam batangnya. Mungkin lantaran penebangan yang membabi buta
kemudian pohon Kapur menjadi pohon yang langka.
Selain
menghasilkan kamper, Pohon Kapur juga dapat dimanfaatkan kayunya sebagai bahan
bangunan, perkapalan, dinding, dan lantai karena memiliki kualitas kayu yang
cukup baik.
Pohon Kapur yang Langka
dan Terancam Punah.
Pohon Kapur (Dryobalanops
aromatica) semakin sulit ditemukan di habitatnya. Pohon ini termasuk salah
satu tanaman
langka di Indonesia. Bahkan IUCN Redlist
memasukkannya dalam status konservasi Critically Endangered atau
Kritis. Status ini merupakan status keterancaman dengan tingkatan paling tinggi
sebelum status punah.
Kelangkaan dan
terancam punahnya spesies tanaman ini diakibatkan oleh penebangan yang membabi
buta untuk mendapatkan kristal kapur barus di dalamnya. Padahal kandungan
kampur dalam setiap pohon tidak sama, bahkan terkadang sangat kurang. Ancaman
lainnya diakibatkan oleh kerusakan
hutan dan kebakaran
hutan.
Klasifikasi Ilmiah.
Kerajaan : Plantae;
Filum : Tracheophyta;
Kelas : Magnoliopsida;
Ordo : Theales;
Famili : Dipterocarpaceae;
Genus : Dryobalanops;
Spesies :Dryobalanops aromatica..
UJI LIPID (TES KELARUTAN)
TUJUAN
Tujuan dari Percobaan ini yaitu:
Melakukan uji
kelarutan Lipid dalam berbagai macam pelarut
I. DASAR TEORI
Lipid atau lemak
merupakan 15% dari tubuh. Senyawa ini terutama terdiri atas hidrokarbon dan
mempunyai afinitas yang kecil saja dengan air. Beraneka ragam molekul termasuk
dalam kelompok lipid ini. Yang paling sederhana diantaranya adalah asam-asam
lemak Sebagian besar asam lemak adalah
senyawa dengan rantai lurus yang mengandung atom C dalam jumlah genap. Asam
lemak seluruhnya dibentuk oleh hidrokarbon, kecuali gugus asam yang berkutub
atau polar pada salah satu ujungnya. Oleh karena salah satu ujung molekulnya
bersifat polardan yang lain tidak, maka dikatakan bahwa asam lemak bersifat
amfipatik.Asam-asam lemak yang merupakan bahan penyusun lemak dapat dilihat
pada tabel berikut:
Rumus
|
Nama Trivial
|
Nama IUPAC
|
C11H23COOH
|
Asam Laurat
|
Asam
Dodekanoat
|
C17H31COOH
|
Asam Linoleat
|
Asam
9,12-oktadekanoat
|
C17H29COOH
|
Asam Linolenat
|
Asam
9,12,15-oktadekanoat
|
C13H27COOH
|
Asam Miristat
|
Asam
Tetradekanoat
|
C17H33COOH
|
Asam Oleat
|
Asam
9-oktadekanoat
|
C15H31COOH
|
Asam Palmitat
|
Asam
Heksadekanoat
|
C17H35COOH
|
Asam Stearat
|
Asam
oktadekanoat
|
Lemak adalah
golongan senyawa hidrofobik yang sangat penting untuk penyimpanan bahan
pembakaran, untuk membentuk struktur membran pembawa vitamin-vitamin yang larut
dalam lemak, sebagai hormon dan sebagi pengemban oligisakarida. Sebagian besar
sintesis asam-asam lemak berlangsung di sitoplasma sel-sel hati.
Berdasarkan
fungsi dan strukturnya lipid dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1.
Trigliserida
(asam lemak)
Berfungsi
sebagai sumber energi yang tersusun atas ester gliserol dari asam lemak (asam
karboksliat suku tinggi). Trigliserida disebut juga lemak yang terdiri atas 2
jenis. Yaitu lemak yang tersusun atas asam lemak yang jenuh dan minyak yang
tersusun atas asam lemak tak jenuh.
Lemak berbentuk padat sedangkan minyak
berwujud cair. Rumus umumnya adalah:

Dimana R, R’ dan
R” dapat merupakan gugus yang sejenis atau berbeda, misalnya C17H33
atau C17H35 dan yang lainnya.
Reaksi antara
lemak dan basa akan menghasilkan gliserol dan sabun yang dikenal dengan reaksi
penyabunan (saponifikasi).
2.
Fospolipid
Fospolipid merupakan komponen utama pembentuk membran sel
dan merupakan senyawa yang polar. Fospolipid merupakan ester dari
gliserol yang mengandung ester asam posfat dengan rumus umum :

Dimana Gugus R”
adalah kolin (disebut fosfatidilkolin), etanolamin (fosfatidil etanolamin),
serin (fosfatidil serin), dan inositol (fosfatidil inositol). Membran sel yang tersusun atas fospolipida
merupakan senyawa polar dimana bagian luar adalah hidrofil sedangkan bagian
dalam adalah hidrofob.
3.
Steroid
Steroid
merupakan lipid yang berperan dalam proses-proses biologis dalam organisme
hidup. Misalnya kolesterol, asam-asam empedu,
testoteron dan lain-lain.
Strukturnya
adalah:

Steroid tidak
mengandung komponen asam lemak ataupun gliserol dan tidak dapat mengalami
penyabunan.
III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
No
|
Alat
|
Ukuran/Jumlah
|
1
|
Tabung reaksi
|
3
|
2
|
Pengaduk
|
1 buah
|
3
|
Sikat tabung reaksi
|
1 Buah
|
4
|
Penjepit tabung reaksi
|
1 buah
|
5
|
Gelas kimia
|
600 mL/1 buah
|
6
|
Botol semprot berisi aquadest
|
1 Buah
|
7
|
Neraca Analisis
|
1 Buah
|
8
|
Penangas
|
1 Buah
|
9
|
Gelas ukur
|
10m ml dan 25 mL / @ 1 buah
|
b. Bahan
No
|
Bahan
|
Jumlah
|
1
|
Minyak goreng
|
Secukupnya
|
2
|
Alkohol teknis
|
Secukupnya
|
3
|
Kloroform
|
Secukupnya
|
4
|
Aquadest
|
Secukupnya
|
IV. PROSEDUR KERJA
1. Menyediakan 3 buah tabung reaksi
2. Mengisi tabung pertama dengan 5 mL air, tabung kedua dengan
5 mL alkohol dan tabung ketiga dengan 5 mL kloroform.
3. Memasukkan 4 tetes minyak goreng ke dalam tiap-tiap tabung dan mengocoknya
4.
Mengamati apakah terjadi pemisahan atau tidak pada semua
larutan yang diamati
V. HASIL PENGAMATAN
No. |
Perlakuan |
Hasil Pengamatan |
1 |
-
5 mL air + 4 tetes minyak goreng dan dikocok
-
5 mL alkohol + 4 tetes minyak goreng dan dikocok
-
5 mL kloroform + 4 tetes minyak
goreng dan dikocok
|
-
Larutan terpisah
jelas, minyak di lapisan atas, air dilapisan bawah
-
Larutan terpisah, minyak di lapisan bawah, alkohol di
lapisan atas
-
Larutan terpisah, tetapi minyaknya menyatu di tengah
|
VI. PEMBAHASAN
Ø
Pada Tabung
Reaksi I :
Penambahan 5 mL air dengan 4 tetes
minyak goreng, kemudian dikocok maka terlihat bahwa larutan tersebut terpisah
menjadi dua yaitu minyak goreng berada berada pada bagian atas sedangkan air
pada bagian bawahnya. Minyak/lipid
berada pada bagian atas larutan karena massa jenis minyak lebih kecil daripada
massa jenis air. Hal ini terjadi karena lipid (minyak goreng) merupakan senyawa yang tidak larut dalam senyawa yang
bersifat polar (senyawa polar) yaitu air, jadi lipid dapat larut dalam pelarut
organik (senyawa non polar).
Ø
Pada Tabung
Reaksi II :
Penambahan 5 mL alkohol dengan 4 tetes
minyak goreng, kemudian dikocok, pada pengamatan ini terjadi pemisahan antara
alkohol dengan minyak dimana alkohol berada pada bagian atas dan minyak pada
bagian bawahnya. Minyak/lipid
berada pada bagian bawah larutan karena massa jenis alkohol lebih kecil
daripada massa jenis minyak. Jadi
alkohol juga merupakan pelarut polar sehingga lipid (minyak goreng) tidak dapat
larut
Ø
Pada Tabung
reaksi III :
Penambahan 5 mL kloroform dengan 4
tetes minyak goreng, kemudian dikocok, yang terjadi larutan terpisah, tetapi pada bagian tengah larutan, tidak tejadi
pemisahan (larut)
dimana minyak goreng larut dalam pelarut kloroform. Hal ini terjadi karena kloroform merupakan pelarut yang
bersifat non polar. Jadi minyak dapat larut dengan baik dalam pelarut
kloroform.
VII. KESIMPULAN
Dari percobaan ini didapatkan bahwa
lipid merupakan senyawa yang tidak dapat larut dalam pelarut polar seperti air
ataupun alkohol, jadi lipid hanya dapat larut dalam pelarut yang non polar
(pelarut organik) seperti kloroform.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Anshory, Irvan. 2003.
Kimia SMU Untuk Kelas III. Jakarta: Erlangga
Ciptadi. 2003. Penuntun
Praktikum Biokimia. Palangka Raya:
UNPAR.
Dorothy E Schumm. 1992. Alih Bahasa: Sadikin Mochtar. Intisari Biiokimia. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro. Jakarta: Kalman Media
Pusaka
Sunarya, Yayan. 2003. Kimia Dasar
II. Bandung: Alkemi Grafisindo Press
Setiadi, Rahmat, dkk. 2001. Biokimia. Jakarta : Universitas Terbuka Indonesia
Poedjiadi, Anna. 1994. “Dasar-Dasar Biokimia”.
Jakarta : UI-Press.
Langganan:
Postingan (Atom)