Sabtu, 24 November 2012



Satu lagi tumbuhan obat Indonesia yang banyak terdapat disekitar kita khususnya yang di daerah pedesaan dan banyak sekali manfaatnya buat membantu berbagai macam penyakit.Tumbuhan obat itu adalah pegagan.Pegagan atau Antanan atau kalau di melayu disebut dengan daun kaki kuda dengan nama latin Centella Asiatica adalah tumbuhan liar yang terkenal kaya akan manfaat obat herbalnya. Daunnya merupakan obat resmi yang telah digunakan di banyak Farmakope. Di Eropa malah telah dibuat salep dan serbuk obat luka berbahan pegagan.




1.Obat ANTI PIKUN.
Pegagan mengandung berbagai senyawa yang berkasiat obat seperti triterpenoids, karotenoids dan berbagai garam mineral dan vitamin yang bermanfaat,ia mampu memperbaiki sistem daya ingat bagi orang-orang yang mengalami kemunduran fungsi otak dan daya ingat. Ia semacam dengan Ginko Biloba bahkan lebih banyak lagi kasiatnya. Suatu penelian membuktikan bahwa Pegagan mampu meningkatkan kemampuan mental, meningkatkan IQ, dan meningkatkan kemampuan syaraf memori.
2.Obat UNTUK ASMA.
 Dalam ilmu farmasi ia dikenal juga sebagai Folia hidrocotyles, yang dipercaya bisa meningkatkan ketahanan tubuh, mencuci darah, dan memperlancar keluarnya air seni (diuretik). . Di cina pegagan telah ribuan tahun digunakan sebagai tonikum.Sedang di Malaysia pegagan telah lama digunakan untuk mengobati bronchitis, asma, pengeluaran getah lambung yang berlebihan (maag), keputihan, gangguan ginjal, serta radang saluran kecing. 
3.Obat LEPRA DAN TBC
Di timur jauh eropa pegagan digunakan untuk menyembuhkan penyakit Lepra dan TBC. Ia menyembuhkan penyakit Lepra dan TBC dengan cara mengikis zat semacam lilin yang melindungi bakteri sehingga bersamaan dengan obat akan lebih mudah untuk membasmi penyakit tersebut.
Di Sunda masyarakat biasa menggunakan pegagan sebagai lalapan bagi orang yang menderita kepikunan. Ia bersifat sebagai Brain Tonic dan karena kemampuannya ia sering disebut sebagi Makanan Otak.
Selain kasiatnya yang mampu mengembalikan kemampuan otak dan daya ingat, pegagan juga kaya akan anti oksidan.






Perlindungan Terhadap Biodiversitas


Pda


Oleh karena kehidupan di dunia tergantung kepada berfungsinya biosfer   secara   baik,   maka   tujuan   utama   konservasi   dan perlindungan adalah menjaga biosfer dalam keadaan kondisi yang sehat (beragam). Meskipun telah diketahui bahwa tumbuhan hijau memasok  oksigen  ke atmosfer,  tumbuhan  dan hewan  mendaur unsur hara, banyak elemen yang berkontribusi terhadap berfungsinya biosfer belum banyak diidentifikasi. Konservasi dan perlindungan biodiversitas tampaknya sangat penting bagi kelangsungan hidup umat manusia.


Kebutuhan sumberdaya alam dan pentingnya konservasi


Seperti konservasi itu sendiri, istilah sumberdaya alamtelah mengalami perluasan dalam pengertiannya sebagai hasil dari pemahaman  keterkaitan  antara  manusia  dan  habitatnya.    Pada awal abad ke 20 sumberdaya alam dipandang semata-mata hanya sebagai sumber komoditas yang berguna. Ini merupakan bahan baku di alam yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan: mineral, bahan bakar, hutan, margasatwa, perikanan, dsb. Dalam hal-hal tertentu definisi ini masih dipergunakan sampai saat ini.


Dewasa ini konsep sumberdaya alam telah diperluas mencakup lingkungan alami total – keseluruhan lapisan permukaan planet karena semua bagian permukaan  bumi bermanfaat  dan bernilai dalam   arti   berkontribusi   pada   keperluan   dan   kenyamanan manusia.   Jadi,   bila   kita   mempertimbangkan   dalam   arti   ini, atmosfer, lautan, gurun, dan daerah kutub semuanya merupakan sumberdaya  alam  yang  perlu  dikelola  untuk  masa  depan.  Ide bahwa   komunitas   biologi   seharusnya   dilindungi   untuk   nilai intrisiknya merupakan hal yang relatif baru.


Komunitas alami, tidak banyak terpengaruh oleh aktivitas manusia, sangat  penting  untuk  dijaga  karena  beberapa  alasan.  Yang pertama adalah untuk ilmu pengetahuan sebagai hasil kajian darinya,  terutama  mengenai  berfungsinya  biosfer.  Juga,  nilai










 spesies alami baru sedikit yang dieksplorasi; spesies ini diketahui penting   bagi  berfungsinya   biosfer,   tetapi  pentingnya   spesies secara individual hanya sedikit yang diketahui.


Pengalaman menunjukkan bahwa spesies liar yang tampaknya kurang bernilai ternyata sangat bermanfaat untuk penelitian medis dan  kesehatan  manusia.  Primata  seperti  kera,  telah  digunakan untuk banyak studi penyakit manusia dan banyak tumbuhan liar telah dipergunakan sebagai bahan obat-obatan. Banyak pengetahuan mengenai pertumbuhan populasi dan tingkah-laku sosial pada berbagai kondisi yang padat telah berasal dari studi mamalia liar.


Komunitas biologi dapat dilindungi dengan berbagai cara, tergantung  kepada  tujuan  yang  diinginkan.  Yang  paling  sulit adalah perlindungan komunitas alami yang tidak termodifikasi, dengan berbagai macam spesies liarnya, untuk penelitian. Karena komunitas seperti ini semakin jarang, upaya utama untuk melindunginya dilakukan baik pada level nasional maupun internasional. The International Biological Program, suatu upaya penelitian yang luas, telah memfokuskan pada banyak macam komunitas alami yang memerlukan perlindungan.


The International  Union for Conservation  of Nature and Natural Resources (IUCN), lembaga internasional semipemerintah, melakukan  kegiatannya  pada pemapanan  hutan konservasi dan taman   nasional   untuk   melindungi   komunitas   alaminya.   PBB melalui  FAO,  UNEP  (UN  Environment  Progam)  dan  UNESCO telah berkontribusi pada pemapanan banyak taman nasional di negara berkembang. Sungguhpun telah ada aktivitas tersebut, komunitas  alami  tertentu  masih  akan  punah  kecuali  bila  upaya yang lebih besar untuk konservasinya dilakukan.


Janji pembangunan berkelanjutan


Di atas kertas, paling tidak 1992 Rio Earth Summit memberikan visi yang mengarah ke pembangunan berkelanjutan, yaitu ke arah perlindungan lingkungan dan keadilan ekonomi yang lebih besar. Earth Summit  menghasilkan  dua penjanjian  yang mengikat:  the Framework  Convention  on Climate  Change  and  Convention  on Biological Diversity. Dewasa ini sejumlah perjanjian internasional




telah ada untuk melindungi subyek yang spesifik mengenai biodiversitas: perubahan iklim global, pengurangan lapisan ozon, penggurunan, polusi udara antarbatas, sumberdaya lautan, industri/perdagangan dan lingkungan, dinamika populasi.


Hasil lain dari Summit adalah seperangkat prinsip-prinsip umum yang tidak mengikat yang dinamakan Deklarasi Rio, prinsip-prisip yang tidak mengikat mengenai managemen hutan, dan cetak biru untuk pembangunan berkelanjutan berjudul Agenda 21.


Konsep pembangunan berkelanjutan memberikan kerangka yang memungkinkan negara-negara Utara dan Selatan untuk memulai upaya-upaya yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan ini.   Pada intinya, negara-negara Selatan memperoleh komitmen baru mengenai peningkatan bantuan pembangunan, suatu pengakuan bahwa negara-negara Utara bertanggung jawab pada degradasi lingkungan, dan komitmen bahwa negara-negara utara mengambil   peran   kepemimpinan   dalam   problem   lingkungan global.   Sebaliknya, negara-negara Selatan berjanji bekerjasama dalam menyelesaikan isu-isu lingkungan. Komitmen timbal balik ini merupakan konsesus yang luas.


Dewasa  ini,  momentum  dari Rio telah  menguap  dan  komitmen timbal balik umumnya telah ditinggalkan. Bantuan pembangunan dari  negara-negara  Utara  ke  Selatan  telah  menurun  semenjak Earth  Summit  di  Rio,  dan  perjanjian  baru  jarang diimplementasikan.  Negosiasi  pada  perubahan  iklim mencerminkan perbedaan mendalam di antara negara-negara berkembang dan industri.



Konvensi biodiversitas memiliki dampak kecil


Negara-negara  Utara bertanggung jawab pada jurang yang ada antara retorika kesadaran lingkungan internasional dan realitas kondisi lingkungan. Negara-negara Utara adalah poluter terbesar dan pengguna  terbesar  kebanyakan  sumberdaya  dalam  (hutan, ikan, mineral, air tawar dan udara bersih).


Meskipun negara-negara tersebut mengakui adanya ancaman lingkungan global dan menghendaki perlunya respons multilateral,




mereka   sering   ketinggalan   dalam   merubah   perilaku   mereka sendiri. Misalnya, Amerika Serikat yang pernah dipandang sebagai salah satu pemimipin dalam regulasi lingkungan, telah ketinggalan dari negara-negara Eropa dalam mengadopsi pendekatan regulasi baru dan inovatif dalam kebijaksanaan fiskal hijau (greening fiscal policy),  prinsip-prinsip  kehati-hatian  dalam  menghidarkan kerusakan lingkungan dan kehilangan biodiversitas. Lebih-lebih, banyak negara, termasuk Amerika Serikat tidak mempunyai komitmen yang koheren terhadap pembangunan yang berkelanjutan.


Belum ada upaya yang nyata untuk mengintegrasikan pembuatan keputusan  pemerintah  tentang  lingkungan,  sosial  dan  ekonomi; tidak ada perbaikan yang mendasar dalam kerangka kerja legal yang ada   demi pembangunan yang lebih baik; tidak ada implementasi sistem akunting sosial dan lingkungan dan tidak ada indikator  pembangunan  berkelanjutan.  Ringkasnya,  banyak negara masih belum memiliki strategi atau kerangka kerja untuk mengimplementasi Agenda 21 atau komintmen Rio.


Pengembangan kerangkakerja mengikat mengenai prinsip- prinsip lingkungan


Kekurangan mengenai kerangkakerja mengikat memiliki banyak implikasi keefektifan  kebijakan  lingkungan  internasional  di masa depan. Persengketaan di bidang perdagangan dan lingkungan, misalnya, perhatian mengenai lingkungan akan terabaikan, karena peraturan mengeai perlindungan biodiversitas global tidak jelas.


Prinsip-prinsip lingkungan yang mengikat dapat membantu mencapai integrasi yang seimbang di antara perlindungan lingkungan  dan  tujuan  sosial  yang  lain  seperti  perdagangan. Prinsip-prinsip  ini  juga  memberikan  landasan  untuk mengkoordinasi kegiatan banyak lembaga internasional yang sekarang ini mengklaim berperan dalam kebijakan lingkungan. Akhirnya, prinsip-prinsip yang mengikat dapat membantu menciptakan  standar  lingkungan  minimal,  baik  untuk  kegiatan sektor swasta maupun pemerintah melalui bantuan dalam harmonisasi hukum-hukum lingkungan domestik.




Tidak diragukan bahwa kehilangan (kepunahan) bidiversitas dan perubahan iklim merupakan isu lingkungan yang sangat signifikan dalam beberapa dekade ke depan. Sebagai contoh, dalam Kyoto Protokol  perjanjian  yang  mengikat  untuk  secara  kolektif menurunkan  emisi  gas  rumah  kaca  pada  39  negara  industri sebesar 5,2 % di bawah level tahun 1990 pada tahun 2008-2012. Persetujuan ini dicapai pada the Third Conference of the Parties to the United Nations Framework Convention on Climate Change, di Kyoto, Jepang , Desember 1997.  Tetapi perjajian ini belum akan berlaku sampai perjanjian ini diratifikasi oleh paling tidak   55 % dari negara yang mengemisi paling tidak 55 % enam gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.


Perjanjian meliputi 6 gas rumah kaca: karbon dioksida, methane, nitrate oksida, hidrofluorocarbon, perfluorocarbon dan sulphur hexafluoride.   Di samping itu negara yang terlibat juga membuat sistem  perdagangan   internasional   dalam  emis  karbon.  Emisi karbon akan diperdagangkan seperti komoditas.


Arsitektur PBB dan Proteksi global biodiversitas


Beberapa intitusi atau organisasi membuat aturan atau mengelola masalah-masalah yang berkaitan dengan biodiversitas. Beberapa organisasi atau agensi memiliki paling tidak beberapa mandat. Di masa depan tatakelola lingkungan global akan tetap melibatkan organisasi multilateral, nasional dan pemerintah bersama-sama dengan  kelompok  masyarakat.  Ini  merupakan  keharusan, mengingat  konsep  pembangunan  berkelanjutan  mencakup demikian  banyak  disiplin  dan  isu.       Tetapi  kesulitan  dengan institusi internasional yang ada yang berkaitan dengan isu lingkungan adalah bahwa lembaga-lembaga  ini memiliki mandat yang sempit, anggaran kecil dan dukungan terbatas. Tak ada organisasi yang memiliki otoritas atau kekuatan politik sebagai koordinator.


UNEP dipandang merupakan lembaga lingkungan internasional yang utama. Misinya adalah memfasilitasi kerjasama internasional di bidang lingkungan, menjaga masalah lingkungan tetap menjadi perhatian pemerintah.