Rabu, 21 November 2012



BAB V
HEWAN DAN TUMBUHAN DALAM UPACARA
A.     PENDAHULUAN
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati ekosistem, sumber daya genetika, dan spesies yang sangat melimpah (Mega Biodiversity). Kekayaan tersebut berasal dari alam yang penuh dengan sumber energi. Alam selalu bereaksi dengan manusia sehingga ikut memengaruhi tingkah laku manusia tersebut.
Eksistensi dalam alam dilihat sebagai suatu yang tersusun secara hirarki, sehingga secara moral manusia dituntut untuk menyelaraskan hidupnya dengan alam untuk membuahkan kesadaran mengenai penghayatan iman kepada Tuhan yang Maha Esa (Agusti,2009).

Seperti dalam firman Allah SWT  dalam surat Ar-Ruum ayat 41:
tygsß ßŠ$|¡xÿø9$# Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur $yJÎ/ ôMt6|¡x. Ï÷ƒr& Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ƒÉãÏ9 uÙ÷èt/ Ï%©!$# (#qè=ÏHxå
 öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_ötƒ ÇÍÊÈ  
41. telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).[1]


B.     RUMUSAN MASALAH
                                   I.            Tanaman yang digunakan dalam proses upacara di Indonesia
                                II.            Hewan yang digunakan dalam proses upacara di Indonesia
                              III.            Hubungan antara konservasi dengan upacara kebudayaan



C.     PEMBAHASAN
                                     I.            Tanaman yang digunakan dalam proses upacara di Indonesia
            Dalam kehidupan masyarakat indonesia tanaman digunakan sebagai pelengkap upacara adat atau upacara keagamaan. Masing-masing budaya lokal memperlihatkan ketergantungannya pada alam untuk hidup. Ketergantungan ini secara otomatis menghasilkan perilaku penghargaan terhadap alam semesta beserta isinya yang terwujud dalam berbagai bentuk tradisi, ritual, ataupun aturan-aturan adat sebagai produk budaya dari manusia yang tinggal dilingkungan tersebut. [2]
            Berikut adalah beberapa tanaman yang digunakan dalam upacara di indonesia:
a.    Acorus calamus L. (jangu)
Digunakan dalam upacara pitra yadnya/kematian. Upacara tersebut terdapat di daerah bali, yang mana tumbuhan tersebut digunakan sebagai dalam upacara kematian.[3]

          Gambar 1 :Tanaman jangu (Acorus calamus L) *[4]

b.   Melati (Jasminum sambac )
            Bunga melati putih (Jasminum sambac) adalah spesies melati yang menjadi satu dari tiga bunga nasional Indonesia sebagai “Puspa Bangsa”. Makna penting melati putih dalam budaya Indonesia melambangkan kesucian, kemurnian, ketulusan dan keanggunan yang sederhana. Ia juga melambangkan keindahan dalam dan kerendahan hati, karena meskipun bunga putih ini kecil dan sederhana, tetapi wanginya harum semerbak.
            Bunga ini merupakan bunga yang paling penting dalam upacara pernikahan bagi berbagai suku bangsa di Indonesia, terutama di Sunda, Jawa, Palembang dan Banjar.
rangkaian-sanggul-bunga-melati
Gambar 2 : melati untuk upacara pernikahan

c.    Cempaka/ bunga kantil (Michelia alba)
           "Bunga Kantil" dapat tumbuh sampai ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut. Penyebaran tumbuhan ini dari Asia tropis sampai ke pulau-pulau di Pasifik." Tanaman "Bunga Kantil" ini biasanya ditanam di pekarangan rumah sebagai tanaman hias dan juga tumbuh liar di alam bebas. Tumbuhan berupa pohon, tinggi sampai 30 meter. Mitos yang berkembang di masyarakat, aroma bunga kantil yang khas sangat disukai. Bunga kantil mempunyai nilai tradisi yang erat bagi masyarakat Jawa, terutama Jawa Tengah baik dalam prosesi perkawinan maupun kematian.
                       Gambar 3: bunga cempaka (kantil)
d.   Kelapa ( Cocos nutrifera Linn )
            Kelapa sering digunakan dalam upacara adat di Indonesia, khususnya daerah jawa. Contohnya dalam upacara mitoni, disebut brojolan  yakni memasukan dua buah kelapa gading ke dalam kain lurik yang dipakai calon ibu. Dua buah kelapa gading itu digambari Dewi Ratih dan Kamajaya yang maksudnya jika jabang bayi lahir laki-laki maka akan berwajah tampan dan baik hati seperti tokoh Kamajaya. Sebaliknya, jika jabang bayi lahir perempuan maka akan berwajah cantik seperti Dewi Ratih. Selanjutnya kelapa gading tersebut digendong oleh calon ibu dan diletakkan di tempat tidur.[5]
 
                        Gambar 4: kelapa dalam upacara mitoni



                                   II.            Hewan yang digunakan dalam proses upacara di Indonesia
a)                     Kerbau (Bubalus bubalis)
             Kerbau merupakan salah satu sarana upacara tradisional Batak Toba terutama pada upacara kematian Saur Matua dan Mangongkal Hall, pembagian jambar adalah sebagai sarana komunikasi, pemberitahuan atau pengumuman, pengikat dan mempererat hubungan kekeluargaan. Dengan memotong kerbau pada upacara kematian Saur matua dan Mangongkal Holi berarti status yang meninggal sudah tinggi (dalam pengertian adat), demikian pula kehidupan sosial dan ekonominya. Kerbau mempunyai banyak keistimewaan diantaranya tenaganya kuat, membatu mengola pertanian sehingga dianggap sebagai lambang kesuburan.
                    Gambar 5 : kerbau [6]
            Kerbau tidak mengalami perubahan fungsi, akan tetapi penambahan yaitu pada upacara Sari Matua sudah ada yang memotong kerbau. Kurban kerbau merupakan refleksi dad sistem kepercayaan lama Sub Finis Batak Toba tentang penghormatan dan pemujaan kepada rah nenek moyang. Upacara kematian Saur Matua dan Mangongkal Noll yang harus diikuti dengan kurban kerbau merupakan adat istiadat yang telah diwariskan oleh nenek moyang sub etnis Batak Toba. Oleh karena itu perlu dilestarikan untuk acuan dalam kehidupan .bermasyarakat dan bernegara, karena dalam kegiatan tersebut banyak nilai-nilai yang terkandung di dalamnya terutama saling menghargai dan menghormati diantara keluarga (kerabat). [7]

b)                     Babi (Sus barbatus)
                Gambar 6: Babi [8]
       Di beberapa daerah di indonesia ternak babi memberikan manfaat yang besar bagi peternak misalnya daerah Toraja, Bali, Ambon, Nusa Tengara Barat, Nusa Tengara Timur dan Papua. Masyarakat di Kabupaten mimika memelihara ternak babi merupakan kegiatan turun temurun yang mana dikaitkan dengan adat istiadat di daerah itu. Selain itu ternak babi juga berperan penting dalam upacara adat dan ritual keagamaan. Begitu pula dengan suku Amungme dan Dani atau dikenal masyarakat pedalaman pegunungan tengah umumnya mereka menggangap bahwa ternak babi sebagai hewan yang mempunyai nilai sosial tinggi.[9]
c. sapi
            Caru Tawur Kasanga yang dilaksanakan setiap tahun sekali, sehari sebelum hari raya Nyepi,di Catus Pata Kota Tabanan. Kegiatan pacaruan ini dimaksudkan untuk nyomia bhuta kala guna menjaga keseimbangan dan harmonisasi buana agung dan buana alit. Macaru tawur kasanga yang masuk jenis manca kelud ini menggunakan sarana hewan berupa sapi dan kambing. Upacara rutin dalam rangka menyambut tahun baru saka ini di-puput oleh tri sadaka masing-asing, Ida Pedanda Siwa dari Geria Tabanan, Ida Pedanda Buda dari Geria Jadi dan Resi Bujangga dari Geria Tasik, Ngis, Penebel.
 
                Gambar 7: sapi untuk upacara[10]
            Sebelum dilakukan persembahyangan, dilakukan prosesi pangelukatan dengan maksud penyucian tempat dan sarana upacara dan alam semesta serta segala isinya. Prosesi macaru diakhiri dengan ngelarung banten caru dan pembagian tirta kepada perwakilan desa pakraman, untuk dilanjutkan melaksanakan caru tawur kasanga ini di masing-masing ibu kota kecamatan, bencingah desa pakraman dan di masing-masing lebuh warga pakraman se-Kabupaten Tabanan.

                               III.             Hubungan antara konservasi dengan upacara kebudayaan
            Pelaksanaan upacara adat tidak lepas dari tumbuhan dan hewan. Contohnya di daerah bali, dalam upacara panca yadnya menggunakan beberapa jenis tumbuhan. Tumbuhan yang dipakai sebanyak 333 jenis (Dharmawan, 2002). Yang mana semakin meningkatnya penduduk dibali yang beragama hindu maka kelestarian 333 jenis tanaman tersebut akan terjaga karena kebutuhan masyarakat akan tanaman tersebut sebagai sarana upacara keagamaan.[11]
            Begitupula pada hewan seperti babi,sapi, juga menjadi salah satu hewan yang digunakan sebagai sarana upacara keagamaan,misalnya pada upacara tumpek kandang.dengan adanya penggunaan sarana upacara yang menggunakan sarana hewan,ini menimbulkan pertanyaan dari para alit udayana,yakni hewan hewan akan mengalami kepunahan jika selalu digunakan sebagai sarana upacara,namun alit udayana pun menjawabnya bahwa keberadaan hewan hewan tidak akan punah jika selalu digunakan sebagai sarana upacara karena pada paham hindu ketika hewan digunakan sebagai sarana upacara pada pada saat yang sama ada pesan yang terserat dalam makna ritual yang diselenggarakan  yakni akan adanya upaya pelestarian binatang yang digunakan.
            Menurut ahli udayana kebutuhan dan ketersediaan binatang itu adalan hubungan yang berkualitas,dan saling terkait dan saling mempengaruhi.kemudian alit udayana memberikan contoh bila pada upacara menggunakan itik secara otomatis kelestarian itikakan tetap terjaga karena kebutuhan masyarakat akan itik untuk sarana upacara

D.    KESIMPULAN
            Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati ekosistem, sumber daya genetika, dan spesies yang sangat melimpah (Mega Biodiversity). Selain itu, Indonesia juga kaya akan tradisi-tradisi, salah satunya upacara adat dan keagamaan. Seperti yang diketahui upacara tersebut menggunakan keanekaragaman hayati yang ada, dalam hal ini hewan dan tumbuhan. Contoh tanaman yang di gunakan dalam upacara adat adalah: melati (jasminum sambac), kelapa (cocos nutrifera L), jangu (Acorus calamus L)., dan bunga kantil. Sementara hewan yang sering dijadikan kurban untuk upacara adalah Kerbau (Bubalus bubalis), Babi (Sus barbatus), sapi. Dengan digunakannya tumbuhan dan hewan untuk upacara tentunya memberi dampak terhadap jumlahnya. Baik itu dampak positif maupun negatif. Dampak positifnya adalah hewan tersebut akan terjaga kelestarianya karena kebutuhan untuk upacara. Sementara dampak negatifnya jika hewan atau tumbuhan tersebut digunakan berlebihan dan tidak dipelihara kelestarianya, tentunya akan punah.




E.     PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah semata-mata karena kekurangan penulis. Kami sadar dalam penyajian makalah ini masih belum menyajikan pembahasan secara menyeluruh, masih banyak yang harus dibahas mengenai shalat. Untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan guna untuk kesempurnaan makalah ini agar kedepannya menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua yang membacanya. Amin.























PERTANYAAN PERTANYAAN;
1.      Bagaimana hubungan antara konservasi dengan adat masyarakat khususnya di indonesia?
Jawab :
            Yang mana semakin meningkatnya penduduk dibali yang beragama hindu maka kelestarian 333 jenis tanaman tersebut akan terjaga karena kebutuhan masyarakat akan tanaman tersebut sebagai sarana upacara keagamaan.
            Begitupula pada hewan seperti babi,sapi, juga menjadi salah satu hewan yang digunakan sebagai sarana upacara keagamaan,misalnya pada upacara tumpek kandang.dengan adanya penggunaan sarana upacara yang menggunakan sarana hewan,ini menimbulkan pertanyaan dari para alit udayana,yakni hewan hewan akan mengalami kepunahan jika selalu digunakan sebagai sarana upacara,namun alit udayana pun menjawabnya bahwa keberadaan hewan hewan tidak akan punah jika selalu digunakan sebagai sarana upacara karena pada paham hindu ketika hewan digunakan sebagai sarana upacara
2.      Dari sebagian msayarakat sapi dilarang disembelih, bagaimana menurut pemakalah tentang hal tersebut?
Jawab :
            Tentang kepercayaan masyarakat mengenai tidak bolehnya menyembelih sapi itu dikarenakan tentang kebiasaan masyarakat baik secara agama maupun adat, contohnya di daerah kudus tidak boleh menyembelih sapi.
           





























DAFTAR PUSTAKA
I Dewa putu Dharma.Upacara Keagamaan Hindu di Bali dalam perspektif pendidikan konservasi Tumbuhan. (Bali ,UPT. Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali,)
Sardiana, I.K. Ensiklopedia tanaman upacara.(Bali :Udayana University press, 2010)



[1] Qur’an terjemahan,Menara kudus   
[2]  Sardiana, I.K. Ensiklopedia tanaman upacara.(Bali :Udayana University press, 2010)
4. http//:www. google.com
[6] Diakses dari http:// www. Google.com / picture 14-10-2012/ 09.00
[8] Diakses dari http:// www. Google.com / picture 14-10-2012/ 09.00
[10]  Diakses dari http:// www. Google.com / picture 14-10-2012/ 09.00
[11] I Dewa putu Dharma.Upacara Keagamaan Hindu di Bali dalam perspektif pendidikan konservasi Tumbuhan. (Bali ,UPT. Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali,)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar